Berhasil merebut gelar Djarum Indonesia Open untuk kali keempat, tunggal putra Lee Chong Wei melampaui capaian Icuk Sugiarto. Pemain yang bertengger di peringkat satu dunia sejak 2008 itu, merebut keempat gelarnya dalam lima tahun terakhir, pada 2007, 2009, 2010, dan 2011. Tahun 2008 yang terlewati, dikarenakan dirinya absen.
Sementara mantan juara dunia Icuk Sugiarto merebut gelar pada edisi pembuka Indonesia Open tahun 1982, kemudian pada 1986 dan 1988. Meski melewati catatan Icuk, prestasi Chong Wei masih di bawah Ardy B Wiranata dan Taufik Hidayat, yang menjadi juara dalam enam edisi.
Ardy berkuasa di tahun 1990-an, tepatnya pada 1990, 1991, 1992, 1994, 1995, dan 1997. Sesudah dirinya, Taufik Hidayat ganti merajai. Dimulai saat kejuaraan digelar di Bali tahun 1999, lalu 2000, 2002, 2003, 2004, dan 2006.
Meski masih berada di bawah catatan Ardy dan Taufik, Chong Wei setidaknya telah menyamai rekor lain mereka, merebut juara dalam tiga tahun beruntun. "Ini untuk kali keempat saya meraih gelar. Namun untuk mengejar rekor Ardy dan Taufik juara sebanyak enam kali atau mungkin melampauinya, tentu susah sekali," ujar pemain yang dijuluki Raja Super Series ini.
Kembali memenangkan gelar, uniknya ketika naik di atas podium dan dalam sesi jumpa pers, Chong Wei memakai kaos berwarna hitam yang bertuliskan Taufik Hidayat Arena. Hal ini menurutnya karena dirinya merupakan teman baik Taufik. "Dia teman baik saya. Saya dengar dia sudah membikin sebuah arena. Ini sangat bagus sekali."
Meski berulang kali menjadi kampiun super series, Chong Wei belum sekalipun menjadi juara dunia ataupun merebut emas Olimpiade. Dua gelar yang telah direbut dua seteru utamanya di atas lapangan, Lin Dan maupun Taufik. Karena itulah, dia mengaku tahun ini berkonsentrasi merebut gelar juara dunia dan berambisi merebut emas Olimpiade tahun depan.
Sementara tunggal putri India Saina Nehwal gagal menuntaskan ambisi merebut gelar tiga kali secara beruntun. Dalam pertandingan melawan Wang Yihan (China), sejatinya tunggal putri India itu berkesempatan mewujudkan asanya. Memenangi game pertama, pada game kedua dia sempat meraih matcht point 20-19, atau artinya tinggal satu angka lagi untuk menjadi juara.
Namun Wang Yihan mampu memaksakan deuce dan memenangkan game. Serasa masih goyah akibat gagal menuntaskan permainan secara straight set, pada game penentuan keadaan justru berbalik menekan Saina hingga akhirnya kalah.
Untuk rekor tunggal putri dipegang Susi Susanti yang juga merebut enam gelar, tahun 1989, 1991, 1994, 1995, 1996, dan 1997. Di bawahnya terdapat Li Lingwe (China) yang merebut empat gelar. Merebut dua gelar, Saina sejajar dengan Ye Zhaoying (China), Zhu Lin (China) serta Wang Chen dari Hongkong.
No comments:
Post a Comment