Gallery

Thursday, June 23, 2011

Doyan Gado-gado dan Sate, Bakal Lelang Kostum Messi




JAUH di mata, dekat di hati. Barangkali pepatah lawas itu tepat untuk menggambarkan relasi Giovanni van Bronckhorst dengan Indonesia. Secara fisik, mantan kapten timnas Belanda itu memang baru kali pertama menginjakkan kaki di negeri tempat kelahiran sang ibu, Fransien Sapulette, pada Selasa pagi lalu (21/6). Tapi, imajinasi tentang negeri ini terkonstruksi sejak eks bintang Barcelona itu masih kanak-kanak.

"Sejak saya kecil Ibu rajin mengajari kami, anak-anaknya, lagu-lagu daerah Maluku. Beliau juga kerap memasak makanan Indonesia. Sampai sekarang pun saya sangat menggemari gado-gado dan sate," kata Gio pada jumpa pers Selasa sore.

Ibunda Gio memang asli kelahiran Saparua, Maluku Tengah. Sedangkan sang ayah yang menemaninya ke Jakarta, Victor van Bronkchorst, merupakan keturunan Belanda-Indonesia yang lahir dan besar di Belanda.

Kebetulan pula Rotterdam, kota kelahiran mantan pemain yang mulai meniti karir di Feyenoord, kuat atmosfer Indonesia-nya karena banyak keturunan Indonesia di sana. Restoran Indonesia, misalnya, banyak berdiri di kota yang menjadi markas Feyenoord tersebut. "Itu yang membuat saya sampai sekarang sangat menggemari gado-gado dan sate," kata Gio.

Meski tak lagi ingat lagu-lagu daerah Maluku yang dulu diajarkan sang ibu, lewat makanan dan lagu itulah pertautan Gio dengan Indonesia terus tumbuh dan akhirnya mekar ke mana-mana. Bahasa Indonesia sedikit-sedikit dikuasainya. Ini diperlihatkan saat jumpa pers. Perkembangan persepakbolaan Indonesia mutakhir juga diketahuinya.

Dari situlah, mengunjungi Indonesia pun menjadi salah satu keinginan terbesarnya. Kesempatan itu nyaris datang Maret lalu. Tapi, rencana matang itu berantakan menyusul meledaknya bom buku di Jakarta.

Akhirnya, kesempatan yang ditunggu-tunggu pria yang pensiun dari timnas Belanda seusai final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan itu tiba Selasa lalu. Saat itulah dia menginjakkan kaki di Jakarta. Kunjungan hingga 25 Juni itu pun tak disia-siakan.

Seabrek agenda dijalani dengan antusias. Mulai jumpa pers, bertanding, pengumpulan dana lewat lelang hingga coaching clinic. Semua itu dilakukan dalam rangka memperkenalkan Yayasan Giovanni van Bronckhorst miliknya.

"Saya datang untuk mengabdi. Memberikan sumbangsih untuk anak-anak Indonesia yang butuh bantuan melalui yayasan yang saya dirikan," kata pemain yang mencatat 107 caps bersama timnas Belanda itu.

"Saya ingin menginspirasi anak-anak. Saya sangat suka anak-anak. Saya akan membantu anak-anak Indonesia untuk meraih mimpinya," lanjut peraih penghargaan Knight of the Order of Orange-Nassau dari Kerajaan Belanda tahun lalu tersebut.

Kontribusi pertamanya adalah tampil melawan bintang-bintang Indonesia tadi malam. Dia hanya 45 menit berada di lapangan. Meski begitu, Rahmad Darmawan, pelatih tim bintang-bintang Indonesia, menganggap penampilan mantan pemain Glasgow Rangers itu menjadi pelajaran berharga bagi para pemain Indonesia.

"Gio mampu memberikan contoh bagaimana bermain sepak bola secara smart (cerdas)," puji Rahmad terhadap pemain yang sukses meraih gelar liga di Inggris (Arsenal) dan Spanyol (Barcelona) itu.

Pujian serupa datang dari Jacksen F. Tiago yang mengarsiteki tim yang diperkuat Gio. "Penampilan dia di sini membawa dampak positif bagi sepak bola Indonesia," katanya.

Tak hanya keterampilan mengolah si kulit bundar yang akan disumbangkan ayah dua anak itu. Besok, di Hotel Kempinspi, Gio menghadiri gala dinner sekaligus melelang sejumlah koleksi miliknya.

Informasi dari penyelenggara acara, dinner secara privat dengan Gio yang bisa diikuti dengan keluarga, teman, atau relasi bisnis itu dibuka dengan harga Rp 50 juta. Lalu kesempatan bermain golf bersama Gio dan bapaknya dihargai Rp 100 juta.

Pada kesempatan gala dinner untuk pengumpulan dana, mantan pemain yang membela Belanda pada tiga Piala Dunia (1998, 2006, dan 2010) tersebut akan melelang jersey yang dipakainya di final Piala Dunia 2010 beserta tanda tangannya dengan harga pembuka Rp 50 juta. Harga pembuka yang sama disematkan untuk kostum bekas rekannya di Barcelona, Lionel Messi, yang dikenakan saat berlaga di final Copa del Rey beserta tanda tangan.

Adapun jersey dua mantan rekannya yang lain di El Barca, Xavi dan Iniesta, yang juga dikenakan di final Copa del Rey, dibuka dengan harga Rp 25 juta. Tentu keduanya beserta tanda tangan pula.

Selain itu, ada foto Gio di semifinal Piala Dunia 2010 saat melawan Uruguay beserta tanda tangan yang dibuka dengan harga Rp 20 juta. Di laga itu pula Gio menciptakan gol pembuka bagi Belanda lewat tendangan keras kaki kiri jauh dari kotak penalti. Gol itu dianggap salah satu yang terbaik di ajang tersebut.

Ada pula foto Gio saat berlaga di final Liga Champions 2006 melawan Arsenal yang dibuka dengan harga Rp 20 juta. Para peserta lelang juga berkesempatan jalan-jalan ke Eropa dan menyaksikan pertandingan sepak bola bersama pemain yang dua musim membela Arsenal itu. Atau menyewa tenaga Gio sebagai bintang iklan. Untuk kedua kesempatan itu, harga pembuka yang dipasang Rp 100 juta. Van Bronckhorst juga menyatakan tim di yayasannya akan melakukan pendekatan kepada banyak pihak untuk diajak bekerja sama. Di antaranya perusahaan, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah.

Pada hari terakhir sebelum kembali ke Belanda, Gio akan meluangkan waktu untuk memberikan pelatihan singkat kepada anak-anak yang sudah dipilih panita. Agenda itu dilakukan Sabtu pagi (25/6) di lapangan timnas Senayan.

"Giovanni sangat suka anak-anak. Itu pula yang membuatnya mendirikan yayasan dan rela bersusah-payah mengumpulkan dana," kata Victor van Bronckhorst dalam perbincangan dengan koran ini di Gelora Bung Karno pada Selasa sore lalu saat sang putra menjajal lapangan.

"Dia sudah lama menantikan kesempatan ini, berkunjung ke Indonesia," lanjut pria yang berprofesi sebagai guru itu dalam bahasa Indonesia yang lancar.

Gio juga menaruh harapan besar kepada persepakbolaan negeri ini. Dia tahu bahwa Pasukan Garuda berprestasi cukup apik di Piala AFF lalu. Dia juga tahu ada beberapa pemain keturunan Indonesia seperti dirinya yang telah dinaturalisasi. "Jika berlatih dengan benar, saya yakin 10 sampai 20 tahun ke depan Indonesia bisa berbicara di pentas Piala Dunia," katanya.

Namun, bukan berarti Gio bakal bersedia melatih Pasukan Garuda. "Dengan kualitasnya, saya rasa dia lebih cocok berkarir melatih di Eropa. Tapi, Gio pasti dengan senang hati jika dimintai bantuan untuk memajukan sepak bola di sini," beber Victor.

Mengapa Gio tak meluangkan waktu ke Maluku di sela-sela kedatangannya kali ini? Menurut Victor, sang putra ingin kunjungan ke Maluku kelak disertai istri dan dua anaknya. "Itu sudah dia rancang dua atau tiga tahun lagi, menunggu anaknya cukup kuat untuk diajak perjalanan jauh. Kami sudah berencana mengunjungi sanak saudara kami di Maluku bersama-sama suatu hari nanti," beber pria yang dalam setahun bisa belasan kali mengunjungi Indonesia tersebut.

No comments:

Post a Comment